Cukup banyak imbauan dalam Al-Quran dan As-Sunnah untuk menjalin hubungan persahabatan dan persaudaraan di antara kaum Muslim. Antara lain, firman-firman Allah SWT dalam kitab suci-Nya:
Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara. (Al-Hujurat: 10)
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi wali (penolong) bagi sebagian yang lain’. (At-Taubah: 71)
Muhammad Rasulullah, dan orang-orang yang bersamanya, mereka bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara sesama mereka. (Al-Fath:. 29)
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang berpecah-belah dan berselisih sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan siksa yang berat. (Ali lmran: 105)
Dan berpegang-teguhlah pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai. (Ali Imran: 103)
Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu (wahai Muhammad) terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terpulang kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahu mereka apa yang telah mereka perbuat. (Al-An’am: 159)
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. (Al-Hujurat: 13)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran seperti itu.
Rasulullah SAWW bersabda:
Kamu tidak akan masuk surga sebelum kamu benar-benar beriman. Dan kamu tidak benar-benar beriman, sebelum kamu saling berkasih-sayang. Sukakah kamu saya tunjuki sesuatu jika kamu mengamalkannya, niscaya akan timbul kasih-sayang di antara sesamamu? Sebarkanlah salam di antara kamu!
Agama itu adalah ketulusan. Kami bertanya: Terhadap siapa? Jawab Nabi SAWW, Terhadap Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan pemimpin-pemimpin kaum Muslim serta rakyat Muslim pada umumnya. Demi Allah yang jiwaku berada ditangan-Nya; tidaklah seorang benar-benar beriman, sampai ia menyukai bagi saudaranya yang Muslim, segala yang ia sukai bagi dirinya sendiri.
Janji keselamatan bagi kaum Muslim :berlaku atas mereka semua, Dan mereka semua seia-sekata delam menghadapi orang-orang selain mereka. Barang siapa melanggar janji keamanan seorang Muslim, maka kutukan Allah, Malaikat dan manusia sekalian tertuju kepadanya dan tidak diterima darinya tebusan atau pengganti apa pun, pada Hari Kiamat kelak.
Hindarkan dirimu dari prasangka busuk, sesungguhnya yang demikian itu adalah sebohong-bohong omongan. Jangan mencari-cari aib orang lain, jangan memata-matai, jangan bersaingan menawar barang dengan maksud merugikan orang lain, jangan saling menghasut, jangan saling bermusuhan dan jangan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Dan tidaklah halal bagi seorang Muslim mendiami (menolak menyapa) saudaranya, sesama Muslim, lebih dari tiga hari.
Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Tidak boleh ia menganiayanya, dan tidak pula membiarkannya dianiaya. Barangsiapa mengurusi hajat saudaranya, sesama Muslim, niscaya Allah akan memenuhi hajatnya sendiri. Dan barangsiapa membebaskan beban penderitaan seorang Muslim, maka Allah akan membebaskan penderitaannya di Hari Kiamat kelak. Dan barangsiapa menutupi aib seorang Mukmin, maka Allah akan menutupi aibnya di Hari Kiamat.
Al-Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata: “Seorang Muslim adalah saudara bagi sesama Muslim. Dia adalah matanya, cerminnya dan penunjuk jalannya. Dia tidak akan mengkhianati, memperdayakan, menganiaya, membohongi, dan mengumpatnya.” Beliau (a.s.) berkata pula kepada sekelompok orang dari para pengikut dan peticintanya: “Bertakwalah kalian kepada Allah. Dan jadilah kamu sekalian saudara-saudara yang senantiasa berbuat baik kepada sesamanya, saling mencintai karena Allah, saling menghubungi, saling merendahkan diri, saling mengasihani, saling mengunjungi dan saling bertemu, serta hidup-kan (siarkan) ajaran kami (Ahlul-Bayt).”
Dan telah diriwayatkan dari Rasulullah SAWW: Sesungguhnya yang terdekat — di antara kamu — tempat duduknya dari sisiku ialah orang-orang yang terbaik budi pekertinya, yang senantiasa merendah, saling menyayangi dan disayangi.
Sabda beliau pula:
Seorang Mukmin ttu senantiasa menyayang dan disayang. Maka tidak ada kebaikan dalam diri siapa saja yang tidak menyayang dan disayang.
Dalam hadis lain, beliau bersabda:
Sesungguhnya orang-orang yang paling dicintai oleh Allah — di antara hamu — ialah mereka yang saling sayang-menyayangi. Dan yang paling dibenci oleh Allah adalah mereka yang gemar menyebarkan fitnah dan memecah-belah di antara sesama saudara.
Sabdanya lagi:
Orang-orang yang saling mencmtai karena Allah, akan berkedudukan di bagian teratas bangunan yang terbuat dari batu permata merah delima. Di puncak bangunan itu terdapat tujuh puluh ribu kamar; dari sana mereka memandang ke arah surga di bawah. Wajah-wajah mereka bersinar-sinar bagaikan cahaya mentari. Mereka mengenakan pakaian yang terbuat dari kain sutera berwarna hijau, di atas dahi-dahi mereka tertulis: ‘lnilah orang-orang yangsaling mencintai karena Allah.’
Sabda beliau pula:
Di Hari Kiamat kelak, akan disediakan kursi-kursi di sekitar ‘Arsy untuk sekelompok manusia. Wajah-wajah mereka laksana sinar bulan purnama di malam hari. Manusia dalam suasana ketakutan, namun mereka tenang-tenang saja. Mereka itu adalah wali-wali Allah yang tiada ketakutan atas diri mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Para sahabat bertanya: Siapakah gerangan mereka itu, ya Rasulullah? Jawab Nabi SAWW: Mereka itu adalah orang-prang yang saling mencintai karena Allah.
Sabda beliau pula:
Sungguh telah berfirman Allah SWT: “Pastilah kasih-sayang-Ku tercurah atas diri mereka yang saling rnengunjungi karena Aku. Pastilah kasih-sayang-Ku tercurah atas diri mereka yang saling memberi karena Aku. Dan pastilah kasih-sayang-Ku tercurah atas diri mereka yang saling menolong karena Aku.”
Dan telah bersabda Rasulullah SAWW:
Pada Hari Kiamat kelak, Allah SWTakan berfirman: “Di manakah orang-orang yang saling mengasihi demi keagungan-Ku? Kini akan Kunaungi mereka di bawah naungan-Ku!”
Dari sebuah hadis panjang yang diriwayatkan oleh Al-lmam Muhammad Al-Baqir, dari para leluhurnya, para khalifah yang bijak; dari Nabi SAWW, datuk mereka; Penghulu para utusan Allah (salam sejahtera atas mereka semuanya), katanya: Apabila datang Hari Kiamat, ada suara memanggil: “Di manakah tetangga-tetangga Allah?” Maka berdirilah sekelompok manusia yang segera disambut oleh para Malaikat seraya bertanya kepada mereka: “Amalan-amalan apakah yang telah kalian kerjakan sehingga kalian bisa memperoleh kedudukan sebagai ‘tetangga-tetangga Allah di tempat kediaman-Nya’?” Jawab mereka: “Kami dahulu di dunia, saling mencintai karena Allah, saling memberi karena Allah dan saling mengunjungi karena Allah SWT.” Lalu berkata Rasulullah SAWW: Maka terdengarlah suara menyeru: “Hamba-hamba-Ku itu telah berkata sebenarnya. Biarkanlah mereka langsung pergi menuju tempat di sisi Allah, tanpa melalui hisab.”
Berkata ‘Abdul-Mukmin Al-Anshary: Aku pernah mengunjungi Al-Imam Musa Al-Kazhim yang pada saat itu sedang duduk bersama Muhammad bin ‘Abdillah Al-Ja’fari. Ketika melihat aku tersenyum kepada Al-Ja’fari, beliau (Musa Al-Kazhim) bertanya kepadaku: “Kau mencintainya?” Aku menjawab: “Ya, sungguh aku mencintainya semata-mata karena kalian (Ahlul-Bayt)” Kata beliau selanjutnya: “Memang benar. Ia adalah saudaramu. Seorang Mukmin adalah bagaikan saudara kandung bagi Mukmin lainnya. Terkutuklah orang yang melontarkan tuduhan kepada saudaranya. Terkutuklah orang yang menipu saudaranya. Terkutukfah orang yang tidak bertindak jujur terhadap saudaranya. Terkutuklah orang yang tidak mementingkan saudaranya. Dan terkutuklah orang yang mengumpat saudaranya.”
Dalam memuji jalinan persaudaraan antara sesama Muslim, Rasulullah pernah bersabda:
Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka akan dikaruniai-Nya seorang sahabat karib yang saleh; jika ia terlupa niscaya akan diingatkan olehnya dan jika ia teringat kepedanya niscaya ia membantunya. Dan perumparmaan dua saudara yang sedang bertemu adalah bagaikan dua belah tangan yang satu sama lain saling mencuci. Dan tidaklah berjumpa dua orang Mukmin kecuali Allah SWT memberikan salah seorang dari mereka kebaikan dari temannya.
Berkata Amirul-Mukminin, ‘Ali bin Abi Thalib a.s.: Jagalah hubungan baik dengan saudara-saudaramu. Sungguh mereka itu sangat diperlukan, di dunia dan akhirat. Tidakkah kamu dengar ucapan penghuni neraka (seperti tersebut dalam firman Allah): “Maka kami tidak mempunyai penolong, dan tidak pula, mempunyai teman sejati.”
Berkata Jarir bin Abdillah r.a.: Aku berbay’at kepada Rasulullah SAWW untuk tetap menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, dan berlaku jujur terhadap semua Muslim.
Demikianlah! Sungguh amat banyak hadis sahih tentang hal persatuan dan persaudaraan antara sesama Muslim. Jika saja Anda mau menelaah hadis-hadis ini yang dirawikan melalui kedua kelompok (Sunnah dan Syi’ah), niscaya terbitlah kebenaran bagaikan fajar menyingsing di hadapan Anda. Dan kiranya hal ini cukup bagi siapa saja yang beroleh hidayah Allah SWT.▪
Tiada ulasan:
Catat Ulasan